Minggu, 16 Desember 2012

makalah pengantar ilmu lingkungan (pariwisata)

PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN
PARIWISATA


BAB I
PEMBAHASAN
1.1              Pariwisata
Apabila ditinjau secara etimologi (Yoeti, 1996) istilah pariwisata sendiri berasal dari bahasa sanksekerta yang memiliki persamaan makna dengan tour, yang berarti berputar putar dari suatu tempat ke tempat lain. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa kata “pariwisata” terdiri dari dua suku kata yaitu “Pari” dan “Wisata”.
            - Pari, berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap
            - Wisata, berarti perjalanan, bepergian.
Kepariwisataan itu sendiri merupakan pengertian jamak yang diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata, yang dalam bahasa Inggris disebutkan tourism. Dalam kegiatan kepariwisataan ada yang disebut subyek wisata yaitu orang-orang yang melakukan perjalanan wisata dan obyek wisata yang merupakan ujuan wisatawan. Sebagai dasar untuk mengkaji dan memahami berbagai istilah kepariwisataan, berpedoman pada Bab 1 pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan yang menjelaskan sebagai berikut:
1.      Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh sebagian atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara;
2.      Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata;
3.      Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah;
4.      Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat  multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, pemerintah Daerah, dan pengusaha;
5.      Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan;
6.      Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam suatu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapt daya tarik wisata, fasilitas umum, silitas pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan;
7.      Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata
8.      Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata;
9.      Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/jasa bagi pemenuhan kebutuhan isatawan penyelenggaraan pariwisata.

1.2              Wisatawan
Bila diperhatikan, orang-orang yang datang berkunjung disuatu tempat atau negara, biasanya mereka disebut sebagai pengunjung (visitor) yang terdiri dari beberapa orang dengan bermacam-macam motivasi kunjungan termasuk didalamnya adalah wisatawan, sehingga tidak semua pengunjung termasuk wisatawan. Menurut International Union of Offical Travel Organization (IOUTO,1967) pengunjung yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima upah. Pengertian yang sama disampaikan oleh World Tourism Organization (WTO, 2004) yang dimaksud dengan pengunjung (visitor) untuk tujuan statistik, setiap orang yang mengunjungi suatu negara yang bukan merupakan negaranya sendiri dengan alasan apapun juga kecuali untuk mendapatkan pekerjaan yang dibayar oleh negara yang dikunjunginya. Dengan demikian ada dua kategori pengunjung yaitu:
1.        Wisatawan (Tourist) yaitu pengunjung yang tinggal sementara sekurangkurangnya selama 24 jam di negara yang dikunjunginya dan tujuan perjalanannya dapat digolongkan kedalam klasifikasi sebagai berikut:
a.  Pesiar (Leasure) untuk kepentingan rekreasi, liburan, kesehatan, studi,  keagamaan dan olah raga
b. Hubungan dagang (business), keluarga, konferensi, misi dan lain  sebagainya
2.        Pelancong (Exursionist) yaitu pengunjung sementara yang tinggal di suatu negara yang dikunjungi dalam waktu kurang dari 24 jam.
Dari beberapa pengertian tersebut, dalam studi ini yang dimaksud dengan pengunjung adalah seseorang yang melakukan kunjungan pada obyek dan daya tarik wisata, yang dalam hal ini adalah obyek dan daya tarik wisata Situ Bagendit Kabupaten Garut sebagai lokasi penelitian dalam pengertian wisatawan. Sedangkan Departemen Pariwisata menggunakan definisi wisatawan adalah setiap orang yang melakukan perjalanan dan menetap untuk sementara di
tempat lain selain tempat tinggalnya, untuk salah satu atau beberapa alasan selalu mencari pekerjaan. Bedasarkan pengertian tersebut wisatawan dibagi menjadi dua yaitu:
1.      Wisatawan Nusantara (dalam negeri)
Definisi wisatawan dalam negeri berdasarkan World Tourism Organization (WTO, 2004) adalah penduduk suatu negara yang melakukan perjalanan ke suatu tempat di dalam wilayah negara tersebut, namun diluar lingkungan tempat tinggalnya sehari-hari untuk jangka waktu sekurang-kurangnya satu malam dan tidak lebih dari satu tahun dan tujuan perjalanannya bukan untuk mendapatkan penghasilan dari tempat yang dikunjungi tersebut.
2.      Wsatawan Mancanegara
Pengertian wisatawan mancanegara (BPS, 1994) didefinisikan sebagai orang yang melakukan perjalanan diluar negara tempat tinggal biasanya selama kurang dari 12 bulan dari negara yang dikunjunginya, dengan tujuan bukan untuk memperoleh penghasilan.

Sejalan dengan semakin pesatnya kebutuhan akan berwisata, memberikan gambaran peningkatan terhadap industri-industri yang bergerak dibidang pariwisata dimana pengelola pariwisata harus dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada wisatawan sebagai pemakai jasa wisata. Agar dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi pemakai jasa wisata maka penyedia jasa pariwisata haruslah memahami preferensi wisatawan sebagai pemuas dari kebutuhannya.

1.3              Komponen Pengembangan Pariwisata
Pengembangan pariwisata adalah segala kegiatan atau usaha yang terkoordinasi untuk menarik wisatawan, menyediakan semua prasarana dan sarana, barang dan jasa serta fasilitas yang diperlukan guna melayani wisatawan. Kegiatan dan pengembangan pariwisata mencakup segi-segi kehidupan masyarakat, mulai dari kegiatan angkutan, akomodasi, atraksi wisata, makanan dan minuman, cinderamata, pelayanan dan lain-lain (Muasanef, 1995). Untuk melihat perjalanan kepariwisataan secara menyeluruh terdapat komponen-komponen pariwisata yang mempengaruhinya. Komponen pariwisata dibagi atas dua faktor, yaitu kompnen penawaran (supply) dari pariwisata dan komponen permintaan (demand) dari pariwisata. Dalam  pengembangan pariwisata terdapat sistem keterkaitan antara komponen sediaan (supply) pariwisata dan komponen permintaan (demand) dalam hal ini pengunjung ataupun wisatawan domestik maupun mancanegara.
1.      Komponen sediaan ( supply ) pariwisata
Penawaran atau supply pariwisata mencakup segala sesuatu yang ditawarkan kepada pengunjung. Penawaran dalam pariwisata menunjukan atraksi wisata ilmiah dan buatan, jasa-jasa maupun barang-barang yang diperkirakan akan menarik perhatian orang-orang untuk mengunjungi obyek suatu negara (Wahyono, 2006). Sediaan pariwisata merupakan sesuatu yang harus ada mencakup segala sesuatu untuk ditawarkan kepada pengunjung, sediaan ini bisa berupa buatan manusia maupun alami yang memang ada tanpa harus ada campur tangan manusia untuk pengadaannya. Komponen sediaan pariwisata menurut Gunn terdiri atas atraksi, servis/pelayanan, transportasi, informasi dan promosi ( Gunn, 2002).
Ø  Atraksi merupakan daya tarik utama orang melakukan pejalanan, atraksi memiliki dua fungsi yaitu sebagai daya pikat, perangsang orang untuk melakukan perjalanan dan sebagai pemberi kepuasaan pengunjung.
Ø  Servis merupakan pelayanan ataupun fasilitas-fasilitas yang disediakan termasuk didalamnya fasilitas restoran/rumah makan, dan perjalanan hotel maupun toko-toko yang menyajikan barang-barang khas daerah tersebut.
Ø  Transportasi, merupakan komponen penting dalam sistem kepariwisataan, yang berarti pula sebagai aksesibilitas ataupun kemudahan untuk mencapai ke suatu lokasi daya tarik.
Ø  Informasi, salah satu komponen penting dalam komponen kepariwisataan adalah adanya informasi perjalanan, informasi ini dapat disajikan dalam bentuk peta, buku petunjuk, artikel-artikel dalam majalah, brosur maupun melalui internet.
Ø  Promosi merupakan kegiatan yang penting dalam pengembangan pariwisata yang dapat dilakukan oleh pemerintah maupun swasta, kegiatan promosi ini dapat dilakukan dengan memasang iklan, melalui kegiatan kehumasan maupun memberikan insentif misalnya potongan tiket masuk.
Pendapat lain tentang komponen sediaan pariwisata oleh Peter Mason yang menyatakan bahwa komponen produk wisata terdiri atas tiga komponen yaitu daya tarik, fasilitas dan aksesibilitas sehingga dalam pengembangan pariwisata berdasarkan pada tiga komponen tersebut.
a.       Daya tarik wisata
b.      Fasillitas wisata
c.       Aksesibilitas

Sedangkan menurut direktorat Jendral Pariwisata Republik Indonesia, menyebutkan berkembangnya pariwista sangat tergantung pada empat faktor yaitu, Attraction (daya tarik), amenities (fasilitas), accessibiliti (kemudahan dalam mencapai) dan adanya tourist organization (organisasi pariwisata).
1.      Atraction (daya tarik) dapat dibedakan menjadi :
a.       Site attractions (tempat, misalnya tempat yang dengan iklim yang baik,  pemandangan indah ataupun tempat-tempat bersejarah
b.      Event attractions (kejadian/peristiwa) misalnya konggres, pameran ataupun peristiwa-peristiwa olahraga, festifal.
2.      Amenities (fasilitas) yang dimaksud dengan tersedianya fasilitas seperti tempat-tempat penginapan, restoran, hiburan, transport lokal yang memungkinkan wisatawan bepergian di tempat pariwisata tersebut serta alat-alat lain untuk komunikasi.
3.      Accessibility (kemudahan dalam mencapai) yang dimaksud adalah tempatnya tidak terlalu jauh, tersedianya transport ke lokasi tersebut secara teratur, sering, murah, nyaman dan aman.
4.      Tourist organization, untuk menyusun suatu kerangka pengembangan pariwisata, mengatur industri pariwisata serta mempromosikan daerah itu sehingga di kenal orang.
2.      Komponen permintaan (demand) pariwisata
Berkembangnya suatu tempat tujuan wisata disamping adanya komponen sediaan tidak dapat dilepaskan pula adanya komponen permintaan. Permintaan atau demand pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan jumlah wisatawan secara kuantitatif. Permintaan pariwisata dapat dibagi menjadi permintaan yang potensial dan permintaan yang sebenarnya (Wahab,1995). Permintaan potensial adalah sejumlah orang yang secara potensial dianggap dan mampu melakukan perjalanan wisata. Sedangkan permintaan sebenarnya adalah sejumlah orang yang sebenarnya berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata artinya sejumlah wisatawan yang secara nyata sedang berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata.
Dalam kegiatan pariwisata yang dimaksud dengan komponen permintaan (demand) adalah pengunjung. Menurut International Union of Offical Traveler Organization (IUOTO,1967), pengunjung yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima upah.

3.      Konsep Produk Wisata Beserta Komponen-komponennya
Produk wisata bukanlah suatu produk yang nyata, produk ini merupakan suatu rangkaian jasa yang tidak hanya mempunyai segi-segi yang bersifat ekonomis, tetapi juga bersifat sosial, psikologis dan alami, walaupun produk wisata itu sendiri sebagian besar dipengaruhi oleh tingkah laku ekonomi. Jadi produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jenis jasa yang saling terkait, yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahaan (segi ekonomi) yang berupa angkutan, penginapan, pelayanan makan minum, jasa tour dan sebagainya, jasa  masyarakat dan pemerintah (segi sosial/psikologis) antara lain prasarana utilitas umum, kemudahan, keramahtamahan, adat istiadat, seni budaya dan sebagainya, dan jasa alam antara lain pemandangan alam, pegunungan, pantai, gua alam, taman laut dan sebagainya.
Produk wisata adalah keseluruhan pelayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya, sampai ke daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya dan kembali ke rumah dimana ia berangkat semula (Suwantoro, 2007) Menurut Yoeti (2000), yang dimaksud dengan hasil (product) industri pariwisata adalah semua jasa-jasa (services) yang dibutuhkan wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan tempat kediamannya sampai ia kembali ke rumah dimana ia tinggal. Produk wisata sendiri terdiri dari berbagai unsur-unsur dan merupakan suatu package yang tidak terpisahkan yaitu:
1.      Tourist object atau obyek pariwisata yang terdapat pada daerah-daerah tujuan wisata yang mampu menarik orang-orang untuk datang berkunjung
ke daerah tersebut
2.      Fasilitas yang diperlukan ditempat tujuan tersebut, seperti akomodasi perhotelan, bar dan restoran dan rekreasi.
3.      Transportasi yang menghubungkan negara/daerah asal dari wisatawan serta transportasi di tempat tujuan ke obyek-obyek wisata.
Sedangkan Guna membagi produk wisata terdiri atas atraksi, servis/pelayanan, transportasi, informasi dan promosi ( Gunn, 2002).
1.      Atraksi merupakan daya tarik utama orang melakukan pejalanan, atraksi memiliki dua fungsi yaitu sebagai daya pikat, perangsang orang untuk melakukan perjalanan dan sebagai pemberi kepuasaan pengunjung.
2.      Servis merupakan pelayanan ataupun fasilitas-fasilitas yang disediakan termasuk didalamnya fasilitas restoran/rumah makan, aen perjalanan hotel maupun toko-toko yang menyajikan brang-banrang khas daerah tersebut.
3.      Transportasi, merupakan komponen penting dalam sistem kepariwisataan, yang berarti pula sebagai aksesibilitas ataupun kemudahan untuk mencapai ke suatu lokasi daya tarik.
4.      Informasi, salah satu komponen penting dalam komponen kepariwisataan adalah adanya informasi perjalanan, informasi ini dapat disajikan dalam bentuk peta, buku petunjuk, artikel-artikel dalam majalah, brosur maupun melalui internet.
5.      Promosi merupakan kegiatan yang penting dalam pengembangan pariwisata yang dapat dilakukan oleh pemerintah maupun swasta, kegiatan promosi ini dapat dilakukan dengan memasang iklan, melalui kegiatan kehumasan maupun memberikan insentif misalnya potongan tiket masuk.

4.      Obyek dan Daya Tarik (atraksi) Wisata
Produk wisata yang dijual dilengkapi dengan unsur manfaat dan kepuasan. Manfaat dan kepuasan itu ditentukan oleh dua faktor, yaitu tourism resources tourism services. tourism resources disebut juga dengan istilah attrative spontnee atau tourist attraction, dikenal dengan istilah obyek dan daya tarik wisata, yaitu segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang mau berkunjung ke tempat tersebut.
Atraksi juga biasa disebut sebagai kepikatan, yaitu segala sesuatu yang terdapat di obyek wisata yang menjadi daya tarik sehingga orang berkunjung ke tempat tersebut (Nursusanti, 2005). Atraksi wisata merupakan pendorong awal atau motivasi bagi seseorang untuk melakukan kunjungan. Atraksi adalah penggerak pariwisata, tanpa atraksi wisata tidak ada pariwisata sehingga obyek dan daya tarik wisata merupakan unsur paling didalam menyusun suatu produk wisata (Nursusanti, 2005). Jadi Obyek dan daya tarik wisata sudah termasuk dalam produk industri pariwisata.
Berdasarkan UU No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, maka obyek dan daya tarik wisata terbagi menjadi:
a. Obyek dan daya tarik alam
b. Obyek dan daya tarik wisata budaya
c. Obyek dan daya tarik minat khusus
Obyek dan daya tarik wisata yang baik harus dapat mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya, menahan mereka di tempat atraksi dalam waktu yang cukup lama dan memberi kepuasan kepada wisatawan yang datang berkunjung. Ada beberapa komponen yang dapat menarik kedatangan wisatawan untuk menikmati atraksi yang ditawarkan oleh obyek wisata yaitu:
·         Berpesiar, misalnya berkeliling daerah selama berhari-hari dengan karavan, motor, mobil, sepeda, perahu, kapal pesiar dan lain sebagainya.
·         Aktivitas, misalnya kegiatan berburu, menembak, memancing, berselancar, mendaki gunung, bersepeda, berperahu kano, ski air, hiking dan sebagainya
·         Struktur buatan manusia (man made structure), misalnya etnis agama, bangunan-bangunan yang megah, taman-taman yang indah, arsitektur dan arkeologi, galeri dan museum dan sebagainya
·         Fisik alam, biasanya merupakan obyek wisata alam, seperti gunung, sungai, laut, hutan, flora dan fauna, danau, pantai, lembah kawah dan sebagainya.
·         Peristiwa atau acara khusus, seperti konteks olahraga, pagelaran seni dan budaya, pameran dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata untuk periode singkat.
Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka obyek dan daya tarik wisata harus mencerminkan ciri khas dari alam dan budaya derah serta pengembangannya harus memperkuat pencerminan itu.

5.      Fasilitas Wisata (Sarana dan Prasarana)
Sarana dan prasarana wisata merupakan pelengkap daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana dan prasarana wisata di daerah tujuan wisata maupun obyek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif dan kualitatif, lebih dari itu selera pasar pun dapat menentukan tuntutan sarana dan prasarana wisata yang dimaksud.
Sarana pariwisata sebagai ujung tombak wisata kepariwisataan dapat diartikan sebagai usaha yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan pelayanan kepada wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata dimana keberadaannya sangat tergantung kepada wisatawan pada adanya kegiatan perjalanan wisata. Adapun sarana tersebut sebagai berikut:
·         Akomodasi
Akomodasi adalah mata rantai kegiatan wisata. Perhotelan tidak dapat dipisahkan dari pariwisata. Tanpa kegiatan kepariwisataan dapat dikatakan akomodasi perhotelan akan lumpuh, sebaliknya, pariwisata tanpa hotel merupakan suatu hal yang tidak mungkin, apalagi bila kita berbicara pariwisata sebagai suatu industri.
Wisatawan akan memerlukan tempat tinggal untuk sementara selama dalam perjalanan untuk dapat beristirahat. Dengan adanya sarana ini maka akan mendorong wisatawan untuk berkunjung dan menikmati obyek dan daya tarik wisata dengan waktu yang relatif lebih lama. Informasi mengenai akomodasi ini mempengaruhi penilaian wisatawan tentang pilihan jenis akomodasi yang dipilih, seperti jenis fasilitas dan pelayanan yang diberikan, tingkat harga, jumlah kamar yang tersedia dan sebagainya.
·         Tempat Makan dan Minum
Wisatawan yang berkunjung ke suatu obyek wisata tentunya ingin menikmati perjalanan wisatanya, sehingga pelayanan makanan dan minuman harus mendukung, hal tersebut sangat penting bagi wisatawan yang tidak membawa bekal. Bahkan apabila suatu daerah tujuan wisata mempunyai makanan yang khas, wisatawan yang datang disamping menikmati atraksi wisata juga menikmati makanan khas tersebut atau bisa saja tujuan utamanya menikmati makanan khas itu saja. Pertimbangan yang diperlukan dalam penyediaan fasilitas makanan dan minuman antara lain adalah jenis dan fariasi makanan yang ditawarkan, tingkat kualitas makanan dan minuman yang diberikan, tingkat harga, tingkat higienis, hal-hal lain yang dapat menambah selera makan seseorang serta lokasi tempat makanannya. Biasanya lokasi dikaitkan dengan akomodasi dan rute perjalanan wisatanya.
·         Tempat Belanja
Berbelanja merupakan salah satu aktivitas kegiatan wisata dan sebagian pengeluaran pengeluaran wisatawan di distribusikan untuk berbelanja. Penilaian dalam penyediaan fasilitas berbelanja ini dilakukan terhadap ketersediaan barangbarang yang dijual dan pelayanan yang memadai, lokasinya yang nyaman dan akses yang baik serta tingkat harga yang relatif terjangkau.
·         Fasilitas umum di lokasi obyek wisata
Fasilitas umum yang akan dikaji dalam penelitian umum adalah fasilitas yang biasa tersedia di tempat rekreasi seperti:
1. Tempat parkir
2. WC umum
3. Musholah/masjid
4. Sarana informasi dan papan petunjuk arah
5. Sarana rekreasi dan taman bermain
6. Telepon umum
Sarana wisata secara kuantitatif menunjuk pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan dan secara kualitatif menunjukkan pada mutu pelayanan yang diberikan dan tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh pelayanan.
Dalam hubungannya jenis dan mutu pelayanan saran wisata didaerah tujuan wisata telah disusun suatu standar wisata yang baku, baik secara nasional mapun secara internasional, sehingga penyedia sarana wisata tinggal memilih atau menentukan jenis dan kualitas yang akan disediakannya. Prasarana wisata yaitu sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya didaerah tujuan wisata. Prasarana m dasar melayani penduduk lokal seringkali juga melayani kegiatan pariwisata seperti: jalan, sumber listrik dan energi, sumber air dan sistem pengairan, fasilitas kesehatan, sistem pembuangan kotoran/sanitasi, telekomunikasi, terminal angkutan, jembatan, bank dan sebagainya. Didalam membangunnya perlu disesuaikan dan mempertimbangkan kondisi serta lokasi yang akan meningkatkan aksesibilitas suatu obyek wisata yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik obyek wisata itu sendiri. Dalam melaksanakan pembangunan prasarana wisata diperlukan koordinasi yang mantap antar instansi terkait bersama dengan instansi pariwisata diberbagai tingkat.
Dukungan instansi terkait dalam membangun prasarana wisata sangat diperlukan bagi pengembangan pariwisata di daerah. Koordinasi ditingkat perencanaan yang dilanjutkan dengan koordinasi ditingkat pelaksanaan merupakan modal utama suksesnya pembangunan pariwisata.
Aksesibilitas
Aksebilitas merupakan fungsi dari jarak atau tingkat kemudahan untuk mencapai daerah wisata dengan berbagai daerah tujuan wisata Terkait dengan sistem pergerakan pada sistem transportasi di suatu wilayah. Hal ini berbeda dengan industri munafaktur, dimana barang (produknya) dapat dikirim ke konsumen maka dalam pariwisata konsumen (wisatawan) harus datang ke daerah dimana terdapat produk wisata untuk mengkonsumsi produk-produk wisata
tersebut terutama obyek dan daya tarik wisata. Oleh karena itu tingkat kemudahan pencapaian ke arah wisata tersebut akan mempengaruhi perkembangan daerah wisata. Jarak dan ketersediaan sarana dan prasarana transportasi ke dalam wisata merupakan hal terpenting. Jenis, volume, tarif dan frekuensi moda angkutan ke dan dari daerah wisata akan berpengaruh kepada jumlah kedatangan wisatawan. Kenyamanan selama perjalanan menuju daerah wisata dan kawasan wisata tersebut harus diperhatikan.
Promosi dan Informasi
Informasi, salah satu komponen penting dalam komponen kepariwisataan adalah adanya informasi perjalanan, informasi ini dapat disajikan dalam bentuk peta, buku petunjuk, artikel-artikel dalam majalah, brosur maupun melalui internet. Promosi merupakan kegiatan yang penting dalam pengembangan pariwisata yang dapat dilakukan oleh pemerintah maupun swasta, kegiatan promosi ini dapat dilakukan dengan memasang iklan, melalui kegiatan kehumasan maupun memberikan insentif misalnya potongan tiket masuk. Bentuk promosi terhadap suatu produk wisata yang dilakukn oleh pengunjung antara lain dilakukan dengan saling tukar menukar informasi, berbagai pengalaman dari mulut ke mulut kepada orang-orang disekitarnya. Pengalaman ataupun kepuasan seseorang yang telah menikmati suatu produk atau perjalanan merupakan suatu media yang paling ampuh guna di jadikan media promosi dalam bentuk by mouth promotion yang paling dipercaya kebenarannya (Yusuf, 2003). Dengan demikian pengunjung juga memiliki peran pentimg dalam melakukn promosi terhadp suatu obyek dan daya tarik wisata, secara tidak langsung ia sebagai agen dalam berpromosi (agent of promotion). Pada dasarnya promosi dilakukan dengan tujuan memberitahukan informasi kepada konsumen terhadap suatu produk yang akan ditawarkan, bentuk promosipun dilakukan dengan cara dan teknik yang berbeda-beda yakni dengan menggunakan media elektronik seperti televisi, radio, media iklan seperti baliho, spanduk, brosur, majalah, koran, maupun media komputer dan lain-lain, dengan tujuan memberikan informasi. Informasi yang membujuk, mengingatkan, dan memberi tahu . Informasi adalah data yang telah diproses menjadi bentuk yang memiliki arti bagi penerima dan dapat berupa fakta, suatu nilai yang bermanfaat.
Baik promosi maupun informasi sama-sama memegang peranan penting dalam proses pengembangan obyek wisata Situ Bagendit, karena dengan adanya promosi serta informasi tentang obyek wisata Situ Bagendit maka orang akan mengetahui dan secara tidak langsung akan memberikan suatu rasa keingin tahuan terhadap obyek wisata tersebut. Dari proses tersebut maka akan terjadilah kegiatan berkunjung ke obyek wisata tersebut sebagai suatu bentuk keingintahuan dan pembuktian terhadap apa yang di promosikan dan informasi yang di peroleh.

Pengembangan Produk Wisata
Pengembangan produk wisata merupakan pengembangan dari komponenkomponen produknya. Adapun yang dimaksud dengan pengembangan produk adalah upaya menciptakan produk menjadi lebih baik dan berbeda dari sebelumnya (membuat produk menjadi lebih baru).
Pengembangan produk wisata lebih diartikan sebagai penambahan komponen-komponen produk wisata yang telah berada disuatu obyek wisata. Pengembangan itu sendiri mampu memberikan segi pelayanan yang sesuai dengan selera wisatawan. Kurangnya usaha pengawasan dan pengendalian dibeberapa obyek wisata menyebabkan terjadinya penurunan kualitas produk wisata yang ada. Oleh karena itu dalam pengembangannya produk wisata sangat penting untuk peningkatkan kualitas produk wisata perlu dilakukan untuk memperbaiki citra bahwa “Produk wisata itu murah, oleh karena itu kualitasnya jelek” menjadi “ Produk wisata cukup berkualitas walaupun harga yang ditawarkan relatif murah
(Nursusanti, 2005).
Untuk memperoleh jenis-jenis atau produk kegiatan apa yang akan dikembangkan di suatu obyek wisata dilakukan dua cara pendekatan, yaitu:
1.      Menetapkan jenis produk kegiatan itu berdasarkan pendekatan fungsional normatif yaitu memilih jenis kegiatan yang diperkirakan dapat meningkatkan citra pariwisata kawasan atau obyek wisata tersebut. Pemilihan jenis muncul sebagai suatu proses kreatif yang ingin memberikan atraksi pariwisata lebih menarik. Selanjutnya jenis atau produk wisata ini dipromosikan agar dapat menciptakan suatu pemasaran dan daya tarik wisata yang baik.
2.      Menelusuri aspirasi dan kehendak para pelaku kegiatan pariwisata dan kemudian merumuskan secara button up ke dalam jenis produk kegiatan yang cocok dengan watak wisatawan yang membutuhkannya.













BAB II
PENUTUP
2.1            Simpulan

Kepariwisataan itu sendiri merupakan pengertian jamak yang diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata, yang dalam bahasa Inggris disebutkan tourism. Dalam kegiatan kepariwisataan ada yang disebut subyek wisata yaitu orang-orang yang melakukan perjalanan wisata dan obyek wisata yang merupakan ujuan wisatawan. Selain itu ada beberapa komponen pengembangan pariwisata yaitu :
·         Komponen sediaan ( supply ) pariwisata
·         Komponen permintaan (demand) pariwisata
·         Konsep Produk Wisata Beserta Komponen-komponennya
·         Obyek dan Daya Tarik (atraksi) Wisata
·         Fasilitas Wisata (Sarana dan Prasarana)
Untuk menunjang komponen tersebut harus ada koordinasi ditingkat perencanaan yang dilanjutkan dengan koordinasi ditingkat pelaksanaan yang  merupakan modal utama suksesnya pembangunan pariwisata diantaranya ada aksesibilitas, promosi dan informasi, dan pengembangan produk wisata di daerah tersebut.

2.2            Saran
Untuk mengembangkan pariwisata di suatu daerah harus terkoordinasi agar bisa menarik wisatawan, terutama dalam hal menyediakan semua prasarana dan sarana, barang dan jasa serta fasilitas yang diperlukan guna melayani wisatawan. Selain itu Kegiatan dan pengembangan pariwisata mencakup segi-segi kehidupan masyarakat, mulai dari kegiatan angkutan, akomodasi, atraksi wisata, makanan dan minuman, cinderamata, pelayanan dan lain-lain. Obyek dan daya tarik wisata terbagi menjadi:
a. Obyek dan daya tarik alam
b. Obyek dan daya tarik wisata budaya
c. Obyek dan daya tarik minat khusus
Obyek dan daya tarik wisata yang baik harus dapat mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya, menahan mereka di tempat atraksi dalam waktu yang cukup lama dan memberi kepuasan kepada wisatawan yang datang berkunjung.

Sabtu, 16 Juni 2012

Teori Pusat Berganda


TEORI PUSAT BERGANDA
(MULTIPLE NUCLEI ZONE TEORY)

Teori Pusat Berganda (Multiple Nuclei Zone Teory) menurut R.D. McKenzie menerangkan bahwa kota meliputi: pusat kota, kawasan kegiatan  ekonomi, kawasan hunian, dan pusat lainnya. Pola ini umumnya berlaku untuk kota-kota yang agak besar
Teori Pusat Berganda (Harris dan Ullman,1945) menyatakan bahwa DPK atau CBD adalah pusat kota yang letaknya relatif di tengah-tengah sel-sel lainnya dan berfungsi sebagai salah satu “growing points”. Zona ini menampung sebagian besar kegiatan kota, berupa pusat fasilitas transportasi dan di dalamnya terdapat distrik spesialisasi pelayanan, seperti “retailing” distrik khusus perbankan, teater dan lain-lain (Yunus, 2000:49). Namun, ada perbedaan dengan dua teori yang disebutkan di atas, yaitu bahwa pada Teori Pusat Berganda terdapat banyak DPK atau CBD dan letaknya tidak persis di tengah kota dan tidak selalu berbentuk bundar.
Multi-Nuclei Teori, dalam ilmu sosial, sebuah model perkotaan di lahan yang tumbuh dari beberapa kota mandiri poin dibandingkan dari satu pusat bisnis. Setiap titik yang bertindak sebagai pusat pertumbuhan untuk suatu jenis pemanfaatan lahan, seperti industri, ritel, atau berkualitas tinggi perumahan. Karena memperluas, mereka bergabung untuk membentuk satu wilayah kota. Berbagai-nuclei adalah yang paling rumit di kota-tanah menggunakan model dan satu-satunya yang memberikan beberapa informasi tentang perkembangan kota-kota di negara berkembang.
Nuclei beberapa model yang merupakan model ekologis melahirkan oleh Chauncy Harris dan Edward Ullman di 1945 artikel "The Nature of Cities." Model menjelaskan tata letak kota. Ia mencatat bahwa sementara kota mungkin telah dimulai dengan pusat bisnis, industri serupa dengan tanah-biasa digunakan dan keuangan persyaratan yang didirikan di dekat satu sama lain. Kelompok ini sangat mempengaruhi langsung lingkungan. Hotel dan restoran di sekitar bandar udara musim semi, misalnya. Jumlah dan jenis nuclei menandai pertumbuhan kota.
Teori dibentuk berdasarkan gagasan bahwa ada orang yang lebih besar akibat peningkatan gerakan kepemilikan mobil. Meningkatkan gerakan ini memungkinkan untuk spesialisasi daerah pusat (misalnya, industri berat, bisnis taman). Perkotaan adalah struktur pengaturan penggunaan tanah di perkotaan. Sociologists, ekonom, dan geographers telah mengembangkan beberapa model, di mana menjelaskan berbagai jenis usaha dan masyarakat cenderung ada di dalam perkotaan pengaturan. Tiga model yang dijelaskan dalam artikel ini. Struktur perkotaan juga dapat merujuk pada struktur tata ruang perkotaan, yang kekhawatiran pengaturan dari ruang publik dan swasta di kota-kota dan sudut konektivitas dan aksesibilitas.
Geographers CD Harris dan EL Ullman mengembangkan beberapa nuclei model 1945. Menurut model ini, sebuah kota yang berisi lebih dari satu pusat kegiatan sekitar yang berputar. Beberapa kegiatan yang tertarik ke node tertentu sementara yang lain mencoba untuk menghindari mereka. Misalnya, sebuah universitas node Mei menarik penduduk berpendidikan baik, pizzerias, dan toko buku, sedangkan yang menarik bandara Mei hotel dan gudang. Bertentangan lahan kegiatan akan menghindari kekelompokan di wilayah yang sama, menjelaskan mengapa industri berat dan tinggi pendapatan perumahan jarang ada di lingkungan yang sama.
Struktur kota yang seperti sangat jelas terlihat pada kota-kota raksasa seperti kota megapolis atau kanurbasi yang merupakan gabungan kota-kota besar. Struktur ruang kota menurut teori inti berganda adalah sebagai berikut:
Keterangan:
1.     Pusat kota atau Central busness Distrik (CBD)
2.    Kawasan niaga dan industry pangan
3.    Kawasan murbawisma, tempat tinggal berkualitas rendah
4.    Kawasan madyawisma, tempat tinggal berkualitas menengah
5.    Kawasan adiwisma, tempat tinggal berkualitas tinggi
6.    Pusat industry berat
7.    Pusat niaga perbelanjaan di pinggiran
8.    Upkota, untuk kawasan masyawisma dan adiwisma
9.    Upakota (suburb) kawasan industri
Model diatas menunjukkan bahwa kota-kota besar akan mempunyai sruktur yang terbentuk atas sel-sel (cellular sructure) dimana penggunaan lahan yang berbeda-beda akan berkembang di sekitar titik-titik pertumbuhan (growing points) atau “nuclei” di dalam daerah perkotaan. Gambar diatas mengisyaratkan adanya beberapa kesamaan antara teori konsentris dan sector.
Butir pertama adalah pada “setting” CBD yang relative memang terletak di tengah sel-sel yang lain karena berfungsi sebagai salah satu “growing Points”. Butir kedua mengenai perbatasan zone, 1, 2, 3, 4, 5 yang masing-masing berbatasan langsung dalam arti bahwa zona 1 berbatasan langsung dengan zona 2, zona 2 berbatasan langsung dengan zona 3, dan seterusnya. Butir 3 mengungkapkan adanya “distandecay principle” juga walau pada teori sector hal ini sangat samar-samar namun pada teori pusat kegiatan ganda ide ini nampak lagi walau tidak sejelas pada teori konsentris. Butir 4 adalah keberadaan “zona permukiman kelas rendah yang selalu berasosiasi dengan lokasi  “wholesale light manufacturing”. Ketersediaan lapangan pekerjaan, akomodasi yang murah kiranya mengarahkan terciptanya asosiasi ini.
Sementara itu beberapa perbedaan memang dapat terlihat. Butir pertama menyangkut lokasi CBD juga. Kalau dalam teori konsentris CBD betul terletak di tengah kota secara sempurna dalam artian jarak dari batas terluar kota relative sama, namun teori sector dan kegiatan ganda tidaklah demikian. Butir kedua menyangkut jumlah CBD sebagai “growing point”. Dalam teori sector dan konsentris terdapat satu CBD (unicentered theories), tetapi dalam teori pusat kegiatan ganda terdapat lebih dari satu business district. Butir ketiga berhubungan dengan persebaran keruangannya. Dalam teori konsentris tercipta model konsentris sempurna, dalam teori sektoral bersifat sectoral dan modifikasi konsentris sedang sifat konsentris pada teori kegiatan berganda nampak samar, tetapi bersifat “cellular”.
Berikut penjelasan mengenai masing-masing zona dalam teori pusat kegiatan berganda :

·         Zona 1: Central Business District
Seperti halnya teori konsentris dan sector, zona ini berupa pusat kota yang menampung sebagian besar kegiatan kota. Zona ini berupa pusat fasilitas transportasi dan di dalamnya terdapat district spesialisasi pelayanan, seperti “retailing” distrik khusus perbankan, theater dan lain-lain.

·         Zona 2: Wholesale Light Manufacturing
Oleh karena keberadaan fungsi sangat membutuhkan jasa angkutan besar maka fungsi ini banyak mengelompok sepanjang jalan kereta api dan dekat dengan CBD. Zona ini tidak berada di sekeliling zona 1 tetapai hanta berdekatan saja. Sebagaimana “wholesale”, “Light manufacturing” yaitu: transportasi yang baik, ruang yang memadai, dekat dengan pasar dan tenaga kerja.

·         Zona 3: Daerah Permukiman Kelas Rendah
Permukiman memang membutuhkan persyaratan khusus. Dalam hal ini ada persaingan mendapatkan lokais yang nyaman antara golongan berpenghasilan tinggi dengan golongan yang berpenghasilan rendah. Hasilnya sudah dapat diramalkan bahwa golongan tinggi akan mendapatkan daerah yang nyaman dan golongan rendah akan memperoleh daerah yang kurang baik. Zona ini mencerminkan daerah yang kurang baik untuk permukiman sehingga penghuninya umumnya dari golongan rendah dan permukimannya juga relative lebih jelek dari zona 4. Zona ini dekatdengan pabrik-pabrik, kalan kereta api dan drainase jelek.

·         Zona 4: Daerah Permukiman Kelas Menengah
Zona ini tergolong lebih baik dari pada zona 3 baik dari segi fisik maupun penyediaan fasilitas kehidupannya. Penduduk yang tinggal disini pada umumnya mempunyai penghasilan lebih tinggi dari pada penduduk zona3.
·         Zona 5: Daerah Permukiman Kelas Tinggi
Zona ini mempunyai kondisi paling baik untuk permukiman dalam artian fisik maupun penyedian fasilitas. Lingkungan alamnya pun menjajikan kehidupan yang tenteram, aman, sehat dan menyenangkan. Hanya golongan penduduk yang berpenghasilan tinggi yang mampu memiliki lahan dan rumah disini. Lokasinya relatife jauh dari CBD, industry berat dan ringan, namun untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari didekatnya dibangun Business District baru yang fungsinya tidak kalah dengan CBD. Pusat-pusat baru seperti kampus, pusat rekreasi, taman-taman sangat menarik perkembangan permukiman menengah dan tinggi.

·         Zona 6: Heavy Manufacturing
Zona ini merupakan konsentrasi pabrik-pabrik besar. Berdekatan dengan zona ini biasanya mengalami berbagai permasalahan lingkungan seperti pencemaran udara, kebisingan, kesemerawutan lalu lintas dan sebagainya, sehinnga untuk kenyamanan tempat tinggal tidak baik, namun di daerah ini terdapat berbagai lapangan pekerjaan yang banyak. Adalah wajar apabila kelompok penduduk perpenghasilan rendah bertempat tinggal dekat dengan zona ini.

·         Zona 7: Business District Lainnya
Zona ini muncul untuk memenuhi kebutuhan penduduk zona 4 dan5 dan sekaligus akan menarik fungsi-fungsi lain untuk berada di dekatnya. Sebagai salah satu pusat (nuclei) zona ini akan menciptakan suatu pola tata ruang yang berbeda pula, sehingga tidak mungkin terciptanya pola konsentris, tetapi membentuk sebaran “cellular” lagi sesuai dengan karakteristik masing-masing.

·         Zona 8: Zona Tempat Tinggal Di Daerah Pinggiran
Zona ini membentuk komunitas tersendiri dalam artian lokasinya. Penduduk disini sebagian besar bekerja di pusat-pusat kota dan zona ini semata-mata digunakan untuk tempat tinggal. Walaupun demikian makin lama akan makin berkembang dan menarik fungsi lain juga, seperti pusat perbelanjaan, perkantoran dan lain-lain. Proses perkembangannya akan serupa dengan kota lama.

·         Zona: 9 Zona Industri Di Daerah Pinggiran
Sebagaiman perkembangan industry-industri lainnya unsure transportasi selalu persyaratan untuk hidupnya fungsi ini. Walaupun terletak di daerah pinggiran zona ini di jangkau jalur transportasi yang memadai. Sebagai salah satu pusat (nuclei) pada perkembangan selanjutnya dapat menciptakan pola-pola persebaran keruangannya sendiri dengan proses serupa.